Sabtu, 29 Oktober 2011

Fungsi Toilet/WC Sekolah Di Mata Siswa

Toilet, ya.. Sebuah tempat yang memiliki nama lain WC ini sekarang hampir ada di segala tempat umum atau objek vital. Terutama di Sekolah. WC murid disediakan oleh pihak Sekolah untuk dimanffatkan murid untuk tempat membuang kotoran (feses dan air seni) dan keperluan lainnya. Tapi, apakah WC murid di Sekolah sudah dimanfaatkan dengan baik? Jawabannya belum.
WC murid di Sekolah saya (SMPN 2 Tasikmalaya) merupakan salah satunya, sebagai contoh di WC dekat tangga menuju lt.2 menuju Perpustakaan dan ruangan kelas 8-A sampai 8-E. Ketika saya datang ke WC tersebut, kedatangan saya disambut dengan beberapa coretan spidol di dinding WC, terkadang disini juga tercium bau tidak sedap. Westafelnya pun suatu ketika  pernah lubang saluran airnya tersendat oleh tisue, sehinggan saluran airnya kurang lancar. Selain itu, di dalam WC terdapat juga bebearapa sampah makanan dan minuman. Aneh banget, kok ada sampah makanan minuman? Mungkin, ada beberapa siswa yang membuang sampah di WC. Selain itu di WC dekat warung sekolah yang tidak jauh dari ruang kelas 7J (waktu kelas 7, saya merupakan murid 7J) juga terdapat coretan dan bau tidak sedap.
Meskipun begitu, WC di Musholla SMPN 2 Tasikmalaya kebersihanya sudah baik. Memang, disini juga terdapat beberapa coretan, namun kebersihannya sudah baik. Mengingat lokasi WC ini di Musholla sebagai tempat beribadah, maka kebersihannya pun wajar lebih bersih. Namun, di WC Mushola lantai atas yang sering digunakan oleh perempuan kebersihannya belum terlalu baik. Mengapa? Karena, saya dengar dari teman saya yang perempuan bahwa di WC Musholla lantai atas ada beberapa pembalut yang dibuang secara sembarangan. Padahal, sudah jelas bahwa ada larangan "Dilarang Membuang pembalut sembarangan", tapi hal ini tidak dihiraukan. Jelas, ini merupakan sebuah perilaku yang jorok.
Oleh karena itu, kita sebagai siswa (terutama siswa SMPN 2 Tasikmalaya) wajib memanfaatkan fasilitas Toilet/WC ini dengan baik, bijaksana, dan bertanggung jawab. Karena, kita harus sadar bahwa pihak sekolah telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membuat fasilitas Toilet/WC bagi siswa.

Rabu, 26 Oktober 2011

Ahmad Yani, Sang Pahlawan Revolusi

Seperti yang anda tahu bahwa di blog saya anda bukan hanya mendapat artikel atau info mengenai Lingkungan/kebersihan Sekolah, tetapi info lainnya bisa anda dapatkan di blog saya ini. Saya akan membuat artikel yang berhubungan dengan Sejarah Indonesia, karena "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya", oleh karena itu kita sebagai kaum anak muda wajib menghargai dan mengenang jasa para Pahlawan yang telah berjasa terhadap bangsa Indonesia ini. Kali ini, saya akan bercerita menganai seorang Jenderal karismatik di Indonesa juga termasuk Pahlawan Revolusi yakni, Jenderal Anumerta Ahmad Yani. 
Masa Muda

Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya bernama M. Wongsorejo. Ibunya bernama Murtini. Yani adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Pada tahun 1927, Yani bersama keluarganya pindah ke Batavia (saat ini kita mengenalnya dengan Jakarta). Di Batavia, Yani menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengahnya. Selama bersekolah, ia dikenal sebagai seorang murid yang cerdas. Sayang, ketika di AMS (setara SMA sekarang) Yani harus keluar dari Sekolahnya.
Yani kemudian mendaftarkan diri sebagai aspiran pada Dinas Topografi Militer Belanda di Malang, Jawa Timur. Selama enam bulan Yani mengikuti pendidikan militer di Malang. Selesai pendidikan, pangkatnya adalah Sersan Cadangan Bagian Topografi.
Pada masa penjajahan Jepang, Yani mengikuti pendidikan militer Jepang di Magelang. Prestasinya begitu gemilang sampai-sampai Kapten Yanagawa, pelatih Jepang, menaruh perhatian khusus pada Yani. Ketika lulus, Yani pun menjadi siswa terbaik. Sebagai penghargaan, Yani diberikan sebilah pedang samurai.
Karier Militer
Yani kembali ke Magelang dan diangkat sebagai Komandan Dai Ici Syodan Dan San Cudan dari Dai Ni Daidan (Komandan Seksi 1 Kompi 3 Batalyon 2). Dari saat itu, karir militernya terus menanjak.
Pada September 1948, pangkat Ahmad Yani dinaikkan menjadi Letnan Kolonel. Jabatannya pun menjadi Brigade Diponogoro Divisi III.
Beberapa hari setelah Yani diangkat menjadi Komandan Brigade Diponogoro, negara dirongrong oleh pemberontakan PKI yang berpusat di Madiun. Pada peristiwa ini, Yani mengirimkan Batalyon Suryosumpeno untuk menumpas pasukan pemberontak di daerah sekitar Prurwodadi dan Grobogan.
Dalam karirnya, Yani banyak berhadapan dengan berbagai pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah di tanah air. Kemampuannya menyelesaikan setiap tantangan menjadikan karirnya terus menanjak. Yani pun diangkat menjadi Menteri/Panglima TNI AD.
Ketika Yani menjadi Menteri/Panglima TNI AD, kekuatan PKI di bidang politik sudah sangat besar. Angkatan Darat dilihat oleh PKI sebagai musuh utama mereka. PKI pun mengusulkan pembentukan Angkatan Kelima ke Presiden Soekarno. Anggotanya adalah buruh dan tani yang dipersenjatai.
Yani menolak keras usaha PKI ini. Ia juga menolak usul Nasakomisasi ABRI dari PKI. Sikap Yani tersebut membuatnya semakin dimusuhi oleh PKI. Puncak pemberontakan PKI terjadi pada tanggal 30 September 1965.
Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.
Tujuan gerakan ini adalah menculik lalu membunuh pejabat teras Angkatan Darat, termasuk  Ahmad Yani yang saat itu berpangkat Letnan Jenderal.
Malam Penculikan
Pada tanggal 1 Oktober pukul 05.00 WIB, rumah Yani di Jalan Lembang, Jakarta didatangi gerombolan pemberontak. Mereka menyamar sebagai pasukan pengawal Istana dengan seragam Cakrabirawa.
Penyamaran ini tidak menimbulkan kecurigaan Yani.
Saat itu, ia diberitahukan untuk menghadap Presiden di Istana. Yani berkata bahwa ia akan mandi dahulu sebelum berangkat. Namun seorang anggota gerombolan melarangnya. Ketika Yani berniat cuci muka saja, itu pun dilarang.
Yani marah dengan perlakuan ini. Ia pun menempeleng dan membentak seorang gerombolan yang berdiri di dekatnya. Saat itulah Sersan Giyadi melepaskan tembakan ke arah Yani yang sedang membelakanginya.
Gerombolan menyeret tubuh Yani yang berlumuran darah ke luar rumah, membawanya dengan truk ke sebuah tempat di Lubang Buaya, sebauh tempat yang lokasinya tidak jauh dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah. Lalu bersama jenazah periwira sasaran PKI lainnya, jenazah Ahmad Yani ke sumur tua di Lubang Buaya.
Pada tanggal 3 Oktober 1965, mayat para perwira tinggi dalam sumur ditemukan oleh tim RPKAD (Resimen Pasukan Angkatan Darat). Saat ini, kita menganal RPKAD dengan nama Kopassus (Komando Pasukan Khusus). Namun, atas perintah Mayjen Soeharto (Pimpinan Sementara TNI AD menggatikan Ahmad Yani), pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dilakukan pada 4 Oktober 1965. Jenazah Ahmad Yani dan perwira lainnya dimakamkan tempat pada tanggal 5 Oktober 1965 di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Hari itu bertepatan dengan HUT ABRI ke-20.
Karena Ahmad Yani merupakan salah satu korban dari pemberontakan G30S/PKI, maka bersama perwira korban G30S/PKI lainnya mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Selain itu, pangkatnya juga dinaikkan satu tingkat lebih tinggi, Ahmad Yani mendapat kenaikan pangkat dari Letnan Jenderal menjadi Jenderal.
Pendidikan
  • HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
  • MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1948
  • AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
  • Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
  • Pendidikan Heiho di Magelang
  • PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
  • Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat,  tahun 1955
  • Special Warfare Course di Inggris tahun 1956
 Bintang Kehormatan
  • Bintang RI Kelas II
  • Bintang Sakti
  • Bintang Gerilya
  • Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
  • Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
  • Satyalancana G: O.M. I dan VI
  • Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
  • Satyalancana Irian Barat (Trikora)
  • Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Dari beberapa sumber dengan beberapa sedikit pengubahan
Sumber terkait : http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani
                          http://m.hai-online.com/Kidnesia/Archive/Tokoh/Ahmad-Yani

Minggu, 23 Oktober 2011

Meningkatkan Kebersihan Dan Menjaga Fasilitas Kebersihan Di Sekolah

Dalam upaya peningkatan mutu kebersihan, menjaga kebersihan di Sekolah sangatlah penting agar terciptanya sebuah lingkungan sekolah yang bersih, asri dan nyaman. Namun, menurut pengamatan saya masih banyak sekolah yang tingkat kebersihannya belum mencapai 100%. 
Sebagai contoh, di Sekolah saya (SMPN 2 Tasikmalaya), masih banyak siswa yang membuang sampah secara sembarangan. Padahal, pihak sekolah telah memberikan fasilitas tempat sampah sebagai tempat pembuangan sampah. Namun, fasilitas ini belum mampu dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Pernah saya melihat ada seorang siswa sedang makan jajanannya. Setelah selasai makan, bungkus makanan tersebut dibuang sembarangan. Padahal, tidak jauh dari posisi siswa tersebut terdapat tempah sampah. Selain itu, di dalam kelas ada siswa sedang makan jajananya. Setelah selesai bungkusnya dibuang/disimpan ke kolong bangku. Jelas ini merupakan suatu perilaku yang tidak mencerminkan hidup bersih.
Selain itu, dalam penggunaan fasilitas WC/Toilet, masih banyak siswa yang menggunakan fasilitas ini dengan baik. Contohnya, ada beberapa siswa setelah buang air di WC, kotorannya tidak disiram lagi sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Bahkan, ada beberapa oknum siswa yang sengaja mencorat-coret WC dengan spidol dan alat tulis lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masih ada beberapa siswa yang berprilaku "jorok" dalam arti tidak mencerminkan perilaku hidup bersih.  Namun khusus WC/Toilet yang berada di Mushola SMPN 2 Tasikmalaya tingkat kebersihannya sudah baik mengingat Mushola merupakan sarana tempat ibadah bagi siswa SMPN 2 Tasikmalaya.
Oleh karena itu, baik atau buruknya kebersihan di suatu sekolah merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah. Kita tidak boleh menyalahkan hal ini sepenuhnya kepada pihak sekolah, karena toh pihak sekolah tidak mengeluarkan biaya sedikit untuk memberikan fasilitas kebersihan bagi siswa. Hanya kita, selaku siswa yang merupakan bagian dari warga sekolah untuk memanfaatkan fasilitas kebersihan yang diberikan sekolah dengan baik dan bijak.
Jadi intinya, mari kita bersama-sama tingkatkan kerbesihan dan menjaga fasilitas kebersihan di Sekolah.